Madura- Prestasi membanggakan dalam ivent internasional diraih 12 pelajar asal Madura. Keduabelas siswa ini memperoleh medali perunggu dalam event World Mathematics Team Championship (WMTC) 2011 yang digelar 2-6 November di Beijing, China.
Kedubelas siswa tersebut yakni Misbahul Anwar dan Khairul Umam (MA Darul Ulum Banyuanyar, Pamekasan), Ahmad Hudah, Ahmad Zainuddin, Ega Bandawa Winata (MTs Unggulan Bustanul Ulum, Waru Pamekasan), Zaky Firmawan el Hakim dan Ahmad Syauqi (MTSN Sumber Bungur, Pamekasan), Wildi Fachrizal (SMP 5 Pamekasan), Khansa al Faizy (SMP 1 Pamekasan), Muhammad Taufiq Hakiki dan Rafika Nurmasari (RSBI SMAN 1 Sumenep) dan Prima Sultan Hudiyanto (SDBI Lawangan Daya, Pamekasan).
Mereka bersaing dengan ratusan peserta asal China, Amerika Serikat, Korea Selatan, Filipina, Malaysia, dan Singapura. Untuk medali emas didominasi peserta asal China, sementara medali perak didominasi Amerika Serikat dan Filipina.
Dari Indonesia terdapat dua tim, yakni Surya Institut pimpinan Yohanes Surya dan Erik Institut pimpinan Ah Faisal. Dua belas siswa asal Madura tersebut diberangkatkan oleh Erik Institut dan ikut level yunior dan senior. Selain mendapat penghargaan kategori individu, tim dari Erik Institut mendapat Merit Award Team.
Dari rilis yang diterima detiksurabaya, kontingen asal Madura ini sudah tiba di Indonesia pada Senin (7/11) malam. Mereka disambut Forum Keluarga Madura Perantauan (FKMP) dan pihak madrasah di Bandara Soekarno Hatta. Selanjutnya, mereka diterima Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar dan Dirjen Pendidikan Islam Muhammad Ali di Kantor Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Selasa (8/11/2011) siang.
Rencananya, hari ini kontingen asal Madura akan diterima Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Timur di Surabaya. Selanjutnya, kontingen akan diterima Bupati Pamekasan Kholilurrohman dan Bupati Sumenep Abuya Busro Karim.
Menurut Ah Faisal, 29, pembimbing dari Erik Institut mengatakan, prestasi tingkat internasional itu dapat diraih berkat upaya keras dari peserta. Menurut dia, sebelum berangkat ke Beijing pihaknya menggembleng para peserta beberapa bulan.
"Siang malam kami belajar. Latihannya memang berat karena jam tidur anak-anak berkurang, tapi mereka mau berusaha keras dan hasilnya cukup memuaskan," ujar pria yang akrab disapa Erik ini.
Dia mengungkapkan, prestasi yang diukir tahun ini cukup istimewa karena peserta mayoritas berasal dari madrasah. Dengan demikian, lanjut dia, sudah ada pemerataan kualitas pendidikan bagi siswa sekolah umum dengan madrasah. "Saya berharap prestasi ini tetap bertahan," ujar Erik.
Sementara itu, Kepala MA Darul Ulum Zainuddin Syarif sangat bersyukur anak didiknya bisa berprestasi di tingkat internasional. Hal ini membuktikan kalau produk pesantren dan madrasah bisa bersaing. "Ini membuktikan kalau siswa madrasah dan santri bisa bersaing dalam bidang sains bukan hanya bidang agama," ujar Zainuddin.
Sementara itu, Ketua FKMP M Suli Handoko mengatakan, prestasi yang diraih 12 siswa tersebut menunjukkan adanya peningkatan kualitas pendidikan di Madura. Prestasi ini juga sekaligus mengangkat citra orang Madura.
"Stigma kalau pendidikan di Madura terbelakang hilang dengan sendirinya. Justru kami melihat ada keunggulan, karena justru siswa asal madrasah yang berprestasi," tegas Suli.
Kedubelas siswa tersebut yakni Misbahul Anwar dan Khairul Umam (MA Darul Ulum Banyuanyar, Pamekasan), Ahmad Hudah, Ahmad Zainuddin, Ega Bandawa Winata (MTs Unggulan Bustanul Ulum, Waru Pamekasan), Zaky Firmawan el Hakim dan Ahmad Syauqi (MTSN Sumber Bungur, Pamekasan), Wildi Fachrizal (SMP 5 Pamekasan), Khansa al Faizy (SMP 1 Pamekasan), Muhammad Taufiq Hakiki dan Rafika Nurmasari (RSBI SMAN 1 Sumenep) dan Prima Sultan Hudiyanto (SDBI Lawangan Daya, Pamekasan).
Mereka bersaing dengan ratusan peserta asal China, Amerika Serikat, Korea Selatan, Filipina, Malaysia, dan Singapura. Untuk medali emas didominasi peserta asal China, sementara medali perak didominasi Amerika Serikat dan Filipina.
Dari Indonesia terdapat dua tim, yakni Surya Institut pimpinan Yohanes Surya dan Erik Institut pimpinan Ah Faisal. Dua belas siswa asal Madura tersebut diberangkatkan oleh Erik Institut dan ikut level yunior dan senior. Selain mendapat penghargaan kategori individu, tim dari Erik Institut mendapat Merit Award Team.
Dari rilis yang diterima detiksurabaya, kontingen asal Madura ini sudah tiba di Indonesia pada Senin (7/11) malam. Mereka disambut Forum Keluarga Madura Perantauan (FKMP) dan pihak madrasah di Bandara Soekarno Hatta. Selanjutnya, mereka diterima Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar dan Dirjen Pendidikan Islam Muhammad Ali di Kantor Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Selasa (8/11/2011) siang.
Rencananya, hari ini kontingen asal Madura akan diterima Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Timur di Surabaya. Selanjutnya, kontingen akan diterima Bupati Pamekasan Kholilurrohman dan Bupati Sumenep Abuya Busro Karim.
Menurut Ah Faisal, 29, pembimbing dari Erik Institut mengatakan, prestasi tingkat internasional itu dapat diraih berkat upaya keras dari peserta. Menurut dia, sebelum berangkat ke Beijing pihaknya menggembleng para peserta beberapa bulan.
"Siang malam kami belajar. Latihannya memang berat karena jam tidur anak-anak berkurang, tapi mereka mau berusaha keras dan hasilnya cukup memuaskan," ujar pria yang akrab disapa Erik ini.
Dia mengungkapkan, prestasi yang diukir tahun ini cukup istimewa karena peserta mayoritas berasal dari madrasah. Dengan demikian, lanjut dia, sudah ada pemerataan kualitas pendidikan bagi siswa sekolah umum dengan madrasah. "Saya berharap prestasi ini tetap bertahan," ujar Erik.
Sementara itu, Kepala MA Darul Ulum Zainuddin Syarif sangat bersyukur anak didiknya bisa berprestasi di tingkat internasional. Hal ini membuktikan kalau produk pesantren dan madrasah bisa bersaing. "Ini membuktikan kalau siswa madrasah dan santri bisa bersaing dalam bidang sains bukan hanya bidang agama," ujar Zainuddin.
Sementara itu, Ketua FKMP M Suli Handoko mengatakan, prestasi yang diraih 12 siswa tersebut menunjukkan adanya peningkatan kualitas pendidikan di Madura. Prestasi ini juga sekaligus mengangkat citra orang Madura.
"Stigma kalau pendidikan di Madura terbelakang hilang dengan sendirinya. Justru kami melihat ada keunggulan, karena justru siswa asal madrasah yang berprestasi," tegas Suli.
muantef tretan,,,
BalasHapusmadura go international !
BalasHapuslanjtkan !