Kisah Banjir Setinggi Gunung di Pedalaman Indonesia


Jakarta - Sejumlah suku di Indonesia ternyata memiliki kisah banjir di masa silam yang bebas dari pengaruh agama samawi. Oleh karena itu, seorang ilmuwan dari Universitas Oxford, Inggris pun yakin, di Indonesia-lah, peradaban di Zaman Es dan kisah banjir berasal.

Hal ini diungkapkan Professor Stephen Oppenheimer yang mengarang buku Eden in The East: Benua yang Tenggelam di Asia Tenggara. Oppenheimer yang terjun langsung meneliti dari pedalaman Papua sampai Kalimantan, menemukan kalau kisah banjir di masa silam di kawasan Indonesia dan sekitarnya, lebih banyak dan beragam dari belahan dunia lain.

Umat Islam, Kristen dan Yahudi mengenal kisah banjir Nabi Nuh dari kitab suci. Sementara peradaban kuno lain dari Mesopotamia sampai India dan Yunani, punya versi sendiri yang mirip dengan kisah Nabi Nuh. Namun di Indonesia dan sekitarnya, kisah banjirnya bisa sangat berbeda.

Oppenheimer mengumpulkan kisah 'banjir setinggi gunung' dari Sabang sampai Merauke. Namun bedanya dengan kisah banjir Nuh, sebagian dongeng banjir di Indonesia tidak memuat cerita menyelamatkan diri dengan perahu.

Oppenheimer pun menduga, suku-suku di pedalaman Indonesia khususnya di Indonesia timur, adalah keturunan dari mereka yang selamat pada saat Zaman Es, tanpa harus berimigrasi ke luar Indonesia. Dalam sebagian dongeng mereka, sang kakek moyang cukup naik ke puncak gunung yang tinggi.

Beberapa hewan memegang peranan penting dalam bencana alam itu. Misalnya saja penduduk Alor di NTT, menurut mereka ikan gergaji raksasa menenggelamkan benua dan memotong-motongnya menjadi beberapa pulau kecil.

Masyarakat di Pulau Seram punya dongeng nenek moyang meraka, yang diselamatkan dari banjir oleh elang laut yang membawa mereka ke sebuah pulau. Masyarakat Toraja pun punya dongeng banjir setinggi gunung dan mereka menyelamatkan diri naik palung tempat makan babi.

Suku Dayak Ot Danum di Barito, Kalimantan Selatan juga punya kisah banjir yang menenggelamkan benua kecuali dua gunung, dan mereka menyelamatkan diri ke gunung itu. Suku Dayak Iban punya Nabi Nuh versi mereka bernama Trow yang menyelamatkan diri naik lesung membawa hewan piaraan.

Masih banyak contoh dongeng banjir lain yang dikisahkan Oppenheimer dalam bukunya yang setebal 814 halaman itu. Meski pun ada unsur cerita yang sama dengan kisah banjir Nuh, namun secara keseluruhan kisahnya berbeda dengan dongeng banjir di kitab suci ataupun peradaban kuno lain.

Oleh karena itu, Oppenheimer menilai kisah banjir di Nusantara adalah orisinil dan sudah ada sebelum masuknya Islam dan Kristen ke kawasan ini. Itu sebabnya dia berpendapat kalau Indonesia dan kawasan Asia Tenggara adalah benua yang tenggelam saat banjir besar di akhir Zaman Es.

Oppenheimer masih menyimpan banyak kejutan lain di dalam bukunya. Jika Anda tertarik, buku Eden in The East sudah diterbitkan oleh Ufuk Press.

(fay/asy)

Posting Komentar untuk "Kisah Banjir Setinggi Gunung di Pedalaman Indonesia"

close