Manajer Perseba Bangkalan Pingky Hidayati bertekad akan memboikot Kongres PSSI di Bali Maret depan bila calon ketua umum yang lolos hanya Nurdin Halid dan Nirwan Dermawan Bakrie.
Pingky menilai, Komite Pemilihan calon ketua umum PSSI telah berlaku tidak fair karena menjegal pencalonan Jenderal George Toisutta dan Arifin Panigoro.
"PSSI seperti orang takut sebelum bertanding," kata Pingky kepada Tempo di sebuah rumah makan di wilayah Surabaya timur, Minggu sore (20/2).
Menurut Pingky, Perseba termasuk salah satu pemegang hak suara di kongres. Tapi dia tidak akan menggunakan haknya bila kubu Nurdin tidak membuka ruang yang sama bagi calon lain.
Pingky mengaku telah mempertimbangkan tindakannya tersebut dan tidak akan takut dijatuhi sanksi. "Apalagi yang kami takutkan," ujar Pingky didampingi beberapa pengurus Kaconk Mania, julukan suporter Perseba.
Pingky menambahkan, Perseba telah kenyang dikerjai wasit dalam kompetisi di bawah PSSI. Menurut dia, timnya jarang menang bila bertanding di luar kandang. "Ada indikasi faktor non-teknis yang mengharuskan tuan rumah menang," paparnya.
Pingky membenarkan Perseba pernah menyuap Ketua Badan Liga Amatir Iwan Budianto pada turnamen Piala Suratin 2009 lalu. Ketika itu, kata Pingky, suaminya yang juga manajer Perseba Imron Abdul Fatah berkeinginan agar Bangkalan menjadi tuan rumah babak delapan besar.
Keinginan itu disambut Ketua Pengurus Provinsi PSSI Jawa Timur ketika itu, Haruna Soemitro yang juga karib Iwan. Akhirnya Imron membayar Rp 150 juta. Perseba tak hanya sukses menjadi tuan rumah tapi juga merengkuh juara. "Saat ini suami saya sedang ke Jakarta untuk melaporkan masalah itu ke PSSI," ungkap Pingky.
Pingky masih menyimpan bukti transfer uang itu ke Iwan dan Haruna. Uang ditransfer secara bertahap pada November 2010 masing-masing Rp 125 juta ke rekening Haruna dan Rp 25 juta ke rekening Iwan. "Buktinya ada, saya scan di komputer," ucap perempuan berjilbab itu.
Baik Haruna maupun Iwan belum dapat dimintai konfirmasi. Nomor telepon seluler mereka tidak bisa dihubungi.
Namun beberapa waktu lalu Iwan membantah telah meminta uang kepada Imron. Yang benar, kata dia, saat itu dia memang butuh uang Rp 50 juta untuk biaya transportasi tim Piala Asia usia 19 tahun di Bandung.
Lalu ada temannya yang menghubungkan dia dengan Imron untuk meminjam uang. "Tidak semua uang itu milik Imron, separuhnya milik teman saya," kata Iwan yang telah lolos bersama Haruna menjadi calon anggota Komite Eksekutif PSSI.
Tapi dalih Iwan dibantah Pingky. Menurut dia, tidak mungkin pengurus teras PSSI seperti Iwan meminjam uang kepada pengurus Perseba yang ketika itu berada di divisi III. "Logikanya, wong petinggi PSSI kok meminjam ke klub divisi bawah," tutur Pingky.
Pingky menilai, Komite Pemilihan calon ketua umum PSSI telah berlaku tidak fair karena menjegal pencalonan Jenderal George Toisutta dan Arifin Panigoro.
"PSSI seperti orang takut sebelum bertanding," kata Pingky kepada Tempo di sebuah rumah makan di wilayah Surabaya timur, Minggu sore (20/2).
Menurut Pingky, Perseba termasuk salah satu pemegang hak suara di kongres. Tapi dia tidak akan menggunakan haknya bila kubu Nurdin tidak membuka ruang yang sama bagi calon lain.
Pingky mengaku telah mempertimbangkan tindakannya tersebut dan tidak akan takut dijatuhi sanksi. "Apalagi yang kami takutkan," ujar Pingky didampingi beberapa pengurus Kaconk Mania, julukan suporter Perseba.
Pingky menambahkan, Perseba telah kenyang dikerjai wasit dalam kompetisi di bawah PSSI. Menurut dia, timnya jarang menang bila bertanding di luar kandang. "Ada indikasi faktor non-teknis yang mengharuskan tuan rumah menang," paparnya.
Pingky membenarkan Perseba pernah menyuap Ketua Badan Liga Amatir Iwan Budianto pada turnamen Piala Suratin 2009 lalu. Ketika itu, kata Pingky, suaminya yang juga manajer Perseba Imron Abdul Fatah berkeinginan agar Bangkalan menjadi tuan rumah babak delapan besar.
Keinginan itu disambut Ketua Pengurus Provinsi PSSI Jawa Timur ketika itu, Haruna Soemitro yang juga karib Iwan. Akhirnya Imron membayar Rp 150 juta. Perseba tak hanya sukses menjadi tuan rumah tapi juga merengkuh juara. "Saat ini suami saya sedang ke Jakarta untuk melaporkan masalah itu ke PSSI," ungkap Pingky.
Pingky masih menyimpan bukti transfer uang itu ke Iwan dan Haruna. Uang ditransfer secara bertahap pada November 2010 masing-masing Rp 125 juta ke rekening Haruna dan Rp 25 juta ke rekening Iwan. "Buktinya ada, saya scan di komputer," ucap perempuan berjilbab itu.
Baik Haruna maupun Iwan belum dapat dimintai konfirmasi. Nomor telepon seluler mereka tidak bisa dihubungi.
Namun beberapa waktu lalu Iwan membantah telah meminta uang kepada Imron. Yang benar, kata dia, saat itu dia memang butuh uang Rp 50 juta untuk biaya transportasi tim Piala Asia usia 19 tahun di Bandung.
Lalu ada temannya yang menghubungkan dia dengan Imron untuk meminjam uang. "Tidak semua uang itu milik Imron, separuhnya milik teman saya," kata Iwan yang telah lolos bersama Haruna menjadi calon anggota Komite Eksekutif PSSI.
Tapi dalih Iwan dibantah Pingky. Menurut dia, tidak mungkin pengurus teras PSSI seperti Iwan meminjam uang kepada pengurus Perseba yang ketika itu berada di divisi III. "Logikanya, wong petinggi PSSI kok meminjam ke klub divisi bawah," tutur Pingky.
Posting Komentar untuk "Gempar "Perseba Bangkalan Ancam Boikot Kongres PSSI""