ANALISIS PENGARUH KINERJA GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA

Iskandar stital
Abstract
This study attempted to reveal: a) the pe rformance of Social Studies teachers at
SMP Muhammadiy ah Purworejo, b) SMP Muhammadiyah Purworejo students’ learning
motivation, and c) contribution size of teachers’ performance to SMP Muhammadiyah
Purworejo students’ learning motivation.
Research population is all the students of SMP Muhammadiyah Purworejo.
Sampling using random cluster sampling. The data collecting using closed list
quesionare. Data respondent is stude nts. The v alidity testing of instruments using
construct validity. The reliability testing of instruments is done with internal c onsistency
te sting with Cronbach Alpha technique. The data analysis technique includes descriptive and infe rensial analysis. The inferensial analysis using partial correlation and
regression. All the analysis using SPSS program for Windows.
Based on the descriptive analysis results can be k nown that the performance of
Social Studies teachers at SMP Muhammadiyah Purworejo ge nerally in the good
category (61.5%). While the SMP Muhammadiyah Purworejo students’ learning
motivation of Social Studies generally in the high category (48.5%). Based on the results
of regression analysis found determinan coefficients (R
) = 0.353. Test results of F
2
obtaining the value of F = 13.508 (sig = 0.000 <0.05). Bec ause the signific ance is smaller than 0.05, means that the influence of these are very significant. Based on the calculation above can be concluded that the performance of teachers in the classroom signific antly affect the learning motivation of stude nts at SMP Muhammadiyah Purworejo. The amount of the variable of teachers’ performance contributions to students’ learning motivation as much as 33.3%. Thus the research hypothesis which states that: "The performance of teachers in the classroom has a positiv e and significant effect on students’ le arning motivation" can be accepted. Key words : teac hers performance, learning motivation, social studies Pendahuluan Pada dasarnya terdapat berba gai faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan, anta ra lain: guru, siswa, sarana dan prasa rana, lingkungan pendidikan, kurikulum. Dari beberapa faktor tersebut, guru dalam kegiatan proses pembelajaran di sekolah menempati kedudukan yang sangat penting dan tanpa mengabaikan faktor penunjang yang lain, guru se bagi subyek pendidikan sangat menentukan keberhasilan pendidikan itu sendiri. Studi yang dilakukan Heyneman & Loxley pada tahun 1983 di 29 negara menemukan bahwa di antara berba gai ma sukan ( input ) yang menentukan mutu 1 pendidikan (yang ditunjukkan ole h prestasi belajar siswa) sepertiganya ditentukan oleh guru. Peranan guru ma kin penting lagi di tengah keterbatasa n sarana dan prasarana sebagaimana dialami oleh negara-negara sedang berkembang. Lengkapnya ha sil studi itu adalah : di 16 negara sedang berkembang, guru memberi kontribusi terhada p prestasi belajar sebesar 34%, seda ngkan manajemen 22%, waktu belajar 18% dan sarana fisik 26%. Di 13 negara industri, kontribusi guru adalah 36%, ma najemen 23%, waktu belajar 22% dan sarana fisik 19% (Dedi Supriadi, 1999: 178). Hasil pe nelitian yang dilakukan oleh Nana Sudjana (2002: 42) menunjukkan bahwa 76,6% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kinerja guru, dengan rinc ian: kemampuan guru mengajar memberikan sumbangan 32,43%, penguasaan materi pelajaran me mberika n sumbangan 32,38% dan sika p guru terhadap mata pelajaran memberikan sumbangan 8,60%. Harus diakui bahwa guru merupakan faktor utama dalam proses pendidikan. Meskipun fasilitas pendidikannya lengkap dan canggih, namun bila tidak ditunjang oleh keberadaan guru yang berkualitas, maka mustahil aka n menimbulkan proses belajar dan pembelajara n yang maksimal (Ne ni Utami. 2003: 1). Guru seba gai pelaksana pendidikan nasional me rupakan fa ktor kunci. Peningkatan prestasi belajar siswa akan dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajara n di kelas. Ole h karena itu untuk meningkatkan prestasi be lajar siswa, proses pembelajara n di kelas harus berlangsung dengan baik, berdaya guna dan berhasil guna. Proses pembelajaran a kan berlangsung denga n baik apabila didukung oleh guru yang mempunyai kompetensi dan kinerja yang tinggi, kare na guru merupakan ujung tombak dan pe laksana terdepan pendidikan anak-anak di sekolah (Depdikbud, 1991/1992), dan sebagai pengembang kurikulum. Guru yang mempunya i kinerja yang baik akan mampu menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa yang lebih baik, yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Motivasi belajar siswa dapat dibedakan menja di dua, yaitu motivasi intern ( internal motivation ) dan motiva si ekste rn ( external motivation ). Motivasi intern muncul karena adanya faktor dari dalam, ya itu karena adanya kebutuhan, sedangkan motivasi ektern muncul karena adanya faktor dari luar, terutama da ri lingkungan. Dalam kegiatan pembelajara n faktor e ksternal yang ma mpu mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah kinerja guru. 2 Pembatasan Masalah Mengingat adanya berbagai macam kete rbatasan yang ada pada peneliti, maka penelitian ini hanya dibatasi pada pengaruh kinerja guru terhadap motivasi belajar siswa dibatasi pada kinerja guru IPS dan motivasi be lajar siswa kelas SMP Muhammadiyah Purworejo tahun 2007/2008 Rumusan Masalah Berdasarka n pembatasan masa lah di atas, maka dalam penelitian dapat dirumuskan masa lah sebagai be rikut : 1. Seberapa tinggi kinerja guru IPS SMP Muhammadiyah Purworejo. 2. Adakah pengaruh positif dan signifikan dari kinerja guru te rhadap motivasi belajar siswa SMP Muhamma diyah Purworejo. 3. Seberapa besar sumbangan kine rja guru terhadap motivasi belajar siswa SMP Muhammadiya h Purworejo tahun 2006/2007 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan antara lain untuk mengungkap : 1. Kinerja guru IPS SMP Muhammadiyah Purworejo. 2. Motivasi belajar siswa SMP Muhammdiyah Purworejo. 3. Besarnya sumbangan kinerja guru terhadap motivasi belajar siswa SMP Muhammdiyah Purworejo Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diha rapkan mempunyai dua manfaat utama, yaitu : 1. Sec ara teoritis hasil penelitia n ini diharapkan dapat memberi sumbangan terhadap pengembangan ilmu pendidikan pada umumnya 2. Sec ara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa fihak, yaitu a ntara lain guru dan sekolah a. Bagi Guru Bagi para pendidik/guru bidang studi IPS khususnya dan guru-guru bida ng studi lain pada umumnya dapat menjadi bahan acuan di dalam prose s pembelajaran serta dalam rangka meningkatkan kinerjanya. 3 b. Bagi Sekolah Bagi sekola h dari hasil penelitia n ini diharapkan da pat digunakan sebagai masukan dalam upaya pe mbinaan dan pengemba ngan guru secara efektif, sehingga mendukung penca paian tujuan program pendidikan. Kajian Teori 1. Pembelajaran Pembelajaran yang sering juga disebut dengan belajar mengajar, sebagai terjemahan dari istilah “ instruction ” terdiri dari dua kata, belajar dan mengajar ( teaching and learning ). Belajar adala h suatu proses yang ditanda i dengan adanya perubahan pa da diri seseorang. Hal ini sesuai dengan pe ndapat Ormrod (2003: 188) yang mengatakan bahwa “Le arning is a relatively permanent change in behavior due to experience” . Belaja r adala h perubahan pe rilaku yang relatif permanen sebagai akibat pengalaman. Pengalaman dalam ke giatan belajar dapat merupa kan sesuatu yang dialami sendiri maupun pengalaman ora ng lain. Dala m konteks program pelatihan ( training program ), Kirkpatrick (1988: 20) mendefinisikan belajar sebagai ” …..participants change attitudes, improve knowledge, and/or inc rease skill as a result of attending the program” . Inti penge rtian be lajar dari dari dua pe ndapat tersebut adalah sama, yaitu adanya peruba han yang relatif permanen di dalam diri siswa. Perubaha n sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, kecakapan da n kema mpuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang a da pada individu. Sama halnya dengan belajar, mengajarpun pada hakikatnya adalah suatu proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga menumbuhkan dan mendorong siswa mela kukan kegiatan belajar. Nana Sudjana (2002 : 29) menyataka n bahwa mengajar adala h suatu proses menga tur dan mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan kegiatan belajar. Dalam proses pembelajaran, terdapat dua ke giata n yang terjadi dalam satu kesatuan waktu dengan pelaku yang berbeda. Pela ku belajar adalah siswa sedangkan pelaku pe ngajar (pembelajar) adalah guru. Kegia tan siswa dan kegia tan guru berlangsung dalam proses yang berka itan 4 untuk mencapai tujuan instruksional tertentu. Jadi, da lam proses pembelajaran terjadi hubungan yang interaktif antara guru dengan siswa dalam ikatan tujuan instruksiona l. Karena pelaku dalam proses pembelajaran adala h guru dengan siswa, keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas da ri faktor guru dan siswa. Menurut Cruic kshank (1990: 10 - 11), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi empat variabel, yaitu : a. Variabel Guru Faktor dari variabel guru yang dapat me mpengaruhi keberhasilan belajar siswa meliputi tingkat pendidikan, kemampuan mengajar, IQ, dan motivasi. b. Variabel Konteks Faktor variabel konte ks dibedakan menjadi tiga, yaitu: a) variabel siswa, yang meliputi: kemampuan, pengetahua n dan sikap yang telah ada pada diri siswa; b) va riabel sekola h, meliputi: iklim, keramaian (kebisingan), ukuran sekolah dan komposisi etnik, c) variabe l konteks kelas, meliputi: ukuran kelas, buku-buku yang tersedia dan lingkunga n fisik kelas (suhu, cahaya, ukuran ruang, kebisingan) c. Variabel Proses Faktor variabel proses pembelajaran yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa dibedakan menjadi dua, yaitu: a) kinerja guru dalam kelas, yang meliputi: kejelasan dalam menyampaikan pelajaran, semangat dalam mengajar, sikap yang me nyenangkan, dan variasi dalam menggunakan strategi mengaja r, b) perilaku siswa dalam kegiatan pe mbelajaran, yang dapat dibedakan menjadi sikap dan motivasi belajar siswa. d. Variabel Produk. Variabel produk dibedakan antara hasil jangka pendek (segera) seperti sikap terhadap mata pelajaran dan perkembangan dalam keca kapan se rta hasil jangka panja ng seperti kecakapan profesioanal atau kecakapa n dalam bidang ke rja tertentu. Berda sarkan pe ndapa t di a tas dapat diketahui bahwa sala h satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah faktor proses pembelajaran. Dari factor proses pe mbelajaran meliputi kinerja guru, sikap dan motivasi belaja r siswa. Guru yang me mpunyai kinerja ya ng baik akan mampu menumbuhkan sikap positif dan meningkatkan motivasi belajar bagi para siswanya. 5 2. Kiner ja Guru Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajara n ada lah variabel guru. Guru mempunyai pengaruh yang cukup dominan terhadap kua litas pembelajara n, karena gurulah yang bertanggung jawa b te rhadap proses pembelajaran di kelas, bahkan sebagai penyelenggara pe ndidika n di se kolah. Menurut Dedi Supriadi (1999: 178), di antara berbagai masukan ( input ) ya ng menentuka n mutu pendidikan (yang ditunjukkan oleh presta si belajar siswa) sepertiganya ditentukan oleh guru. Faktor guru yang paling dominan mempengaruhi kualitas pembelajaran adalah kinerja guru. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nana Sudjana (2002: 42) menunjukkan bahwa 76,6% hasil bela jar siswa dipengaruhi oleh kinerja guru, de ngan rincian: kemampuan guru me ngajar memberikan sumbangan 32,43%, penguasaan materi pelajaran memberikan sumbangan 32,38% da n sikap guru terhadap mata pelajaran memberikan sumbangan 8,60%. Menurut Cruickshank, kinerja guru yang mempunyai pe ngaruh secara langsung terhadap prose s pembelajara n a dalah kinerja guru dalam kelas atau teacher classrroom performance (Cruickshank, 1990: 5). Berda sarkan pendapat tersebut di atas diketahui bahwa kinerja guru merupakan faktor yang domina n dalam menentukan kualitas pembelajaran. Artinya kalau guru yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran mempunyai kinerja yang bagus, akan mampu meningkatka n sikap dan motivasi be lajar siswa ya ng pada a khirnya akan meningkatkan kualitas pembelajaran, begitu juga sebaliknya. Kinerja guru yang berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa adalah kinerja guru dalam kelas. Meningkatnya kualitas pe mbelajaran, akan mampu meningka tkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dipahami karena guru yang mempunyai kinerja bagus dalam kelas akan mampu menjelaskan pelajaran denga n baik, mampu menumbuhka n motivasi belajar siswa dengan baik, mampu menggunakan media pembelajaran dengan baik, mampu membimbing dan menga rahkan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa akan memiliki semangat dalam belajar, senang dengan kegiatan pembelajaran yang diikuti, dan merasa mudah memahami materi yang disajikan oleh guru. Istilah kinerja dimaksudkan sebagai te rjemahan dari istila h “ performance ”. Menurut Kane (1986:237), kinerja bukan merupakan karakteristik seseorang, sepe rti bakat atau kemampuan, tetapi merupakan perwujudan dari bakat atau kemampuan itu sendiri. Pendapat tersebut menunjukka n bahwa kinerja merupakan perwujudan da ri 6 kemampuan dalam bentuk karya nyata. Kinerja dalam kaitannya dengan jabatan diartikan sebaga i hasil yang dicapai ya ng berkaitan dengan fungsi jabatan dalam periode waktu tertentu (Kane, 1986:237). Suryadi Prawirosentono (1999: 2) mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseora ng atau seke lompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka upaya mencapai tujuan secara legal. Menurut Muhammad Arifin (2004: 9), kine rja dipandang sebagai hasil perkalian antara kemampuan dan motivasi. Kemampuan menunjuk pada kecakapan seseorang dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu, sementara motivasi menunjuk pada keingingan ( de sire ) individu untuk menunjukkan perilaku dan ke sediaan be rusaha. Orang akan mengerjakan tugas yang terbaik jika memiliki kemauan dan keinginan untuk melaksanakan tugas itu dengan baik. Berda sarkan ungkapan tersebut di a tas berarti kinerja guru ( teacher performance ) berkaitan dengan kompe tensi guru, artinya untuk memiliki kinerja yang baik guru harus didukung de ngan kompete nsi yang baik. Tanpa memiliki kompetensi yang baik seorang guru tidak akan mungkin dapat memiliki kinerja yang baik. Sebaliknya, seorang guru yang memiliki kompetensi yang baik belum tentu memiliki kinerja yang baik. Kinerja guru sama dengan kompetensi plus motiva si untuk menunaikan tugas dan motivasi untuk berkembang. Oleh karena itu, kinerja guru merupakan perwujudan kompetensi guru yang mencakup kemampuan dan motivasi untuk menyelesaikan tugas da n motivasi untuk berkembang. Sementara itu, ada pendapat lain yang mengata kan bahwa kinerja guru adalah kemampuan guru untuk mendemonstrasikan berbagai kecakapan dan kompetensi yang dimilikinya (Depdiknas, 2004 : 11). Esensi dari kinerja guru tidak lain merupakan kemampuan guru dalam menunjukkan kecakapan atau kompetensi yang dimilikinya dalam dunia kerja yang sebenarnya. Dunia kerja guru ya ng sebenarnya adalah membelajarkan siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Me nurut pasal 28 ayat 3 PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan pasal 10 ayat 1 UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi guru terdiri dari: a) kompetensi pedagogik; b) kompetensi kepribadian; c) kompetensi profesional; dan, d) kompetensi sosial. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan menge lola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pe laksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan 7 pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian adala h kemampuan ke pribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan be rakhlak mulia. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang diteta pkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kepe ndidikan, orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Keempat kompetensi tersebut yang mempenga ruhi kinerja guru dalam kelas se cara langsung adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Berda sarkan beberapa pendapat di ata s dapat disusun rumusan kompetensi guru SMP yang mempenga ruhi kinerja guru dalam kelas. Rumusan tersebut difokuskan pada kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Ada pun rumusan kompetensi guru SMP yang me mpengaruhi kinerja guru da lam kelas adalah: a. menguasai bidang studi atau bahan ajar, b. memahami kara kteristik peserta didik, c. menguasai pengelolaan pembelajaran, d. menguasai metode dan strategi pembelajaran, e. menguasai penilaian hasil belajar siswa. 3. Motivasi Belajar Siswa Motivasi belajar siswa memiliki pengaruh yang c ukup kuat terhadap keberhasilan proses maupun hasil belaja r siswa. Salah satu indikator kua litas pembelajara n adalah adanya semangat maupun motivasi belajar dari para siswa. Ormrod menguraikan ba gaimana pe ngaruh motivasi terhadap kegiatan belajar sebagai berikut. Motivation has several effect on students’ learning and behavior:It direc ts behavior toward particular goal.It leads to increased effort and energy.It increases initiation of, and persistence in activities.It enhances cognitive processing. It le ad to improved performance (Ormrod, 2003: 368 -369) . 8 Motivasi memiliki pe ngaruh te rhadap perilaku belajar siswa, yaitu motivasi mendorong meningka tnya semangat dan ketekunan dalam belajar. Motivasi belajar memegang peranan yang penting dalam memberi gairah, semanga t dan rasa se nang dalam belaja r sehingga siswa yang mempunya i motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar yang pada akhirnya akan mampu memperoleh prestasi yang lebih ba ik. Dala m pengertian umum, motivasi merupakan daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivita s-aktivitas guna mencapai tujuan tertentu. Woolfolk & Nicolich (1984: 270), menyatakan bahwa motivasi pada umumnya didefinisika n sebagai sesuatu yang mendorong sese orang untuk me lakukan tindakan. McClelland dalam Teeva n dan Birney (1964: 98) me ngartikan motif sebagai suatu dorongan yang menggerakan, mengarahkan dan menentukan atau memilih perilaku. Pengertian tersebut memandang motif dan motivasi dalam pe ngertian yang sama karena definisinya mengandung pengertian sebagai konsep, sebagai pendorong serta menggambarkan tujuan dan perilaku. Manullang (1991: 34) menyatakan bahwa motif adalah suatu faktor internal yang menggugah, mengarahkan dan mengintegrasikan tingkah laku seseorang yang didorong oleh kebutuhan, kemauan dan keinginan yang menyebabkan timbulnya suatu pe rasaan yang kuat untuk memenuhi kebutuhan. Berdasa rkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motif merupakan suatu pote nsi yang ada pada individu yang sifatnya laten atau potensi yang terbentuk dari pengalaman, sedangkan motivasi adalah kondisi yang muncul dalam diri individu ya ng disebabkan oleh interaksi antara motif dengan kejadian- kejadian yang diamati ole h individu, sehingga mendorong mengaktifkan perilaku menjadi tindakan nyata. McClelland (1977: 13 – 30) mengemuka kan empa t model motif, ya itu: 1) the survival motive mode l, 2) the stimulus intensity model, 3) the stimulus pattern mode l, dan 4) the affective arousal model . The survival motive model atau motif yang dipakai untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Motif ini bersumber pada kebutuhan-kebutuhan individu untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan biologis, seperti maka n dan minum. Kebutuhan seperti itu akan dapat mendorong individu aktif be rbua t untuk memenuhinya. The stimulus intensity model merupakan motif yang bersumber pada tingkat rangsangan yang diha dapi individu. Teori ini mengatakan bahwa motif atau 9 dorongan untuk berbuat timbul karena adanya rangsangan yang kuat. Ini berarti agar timbul dorongan untuk berbuat harus a da rangsanga n yang kuat. The stimulus pattern mode l merupakan motif yang didasarkan pa da pola rangsangan di dalam suatu situasi. Teori ini menyatakan bahwa motif timbul bila rangsangan situasi selaras dengan hara pan dan tantangan organisme, dan bilamana rangsangan situasi berlawanan dengan harapan individu, maka akan menimbulkan pertentangan respon yang mengarah pada kekecewaan. The affective arousal model adalah teori motif yang mendasarkan diri pada pembangkita n afeksi, rangsangan atau situasi yang dihadapi individu dipasangkan dengan keadaan afeksi individu. Motif muncul karena adanya perubahan situasi afeksi individu. McClelland berasumsi bahwa setiap orang memiliki situasi-situasi afeksi yang menjadi dasa r dari semua motif. Lebih lanjut, McClelland (1977: 28) menjelaskan bahwa perilaku manusia sangat berkaitan dengan harapan ( expectation ). Harapan sese orang terbentuk melalui belajar. Suatu harapa n akan selalu mengandung standar keunggulan ( standard of exellence ). Standar tersebut bisa berasal dari tuntutan orang lain a tau lingkungan tempat seseorang dibesarkan. Oleh karena itu, standar keunggulan dapat merupakan kerangka acuan bagi seseorang pada saat ia belajar, mengerjakan suatu tugas, memecahkan ma salah maupun mempelajari suatu kecakapan. McClelland (1987: 4) mengembangkan teori motivasinya sampai pada bentuk-bentuk pengembangan motivasi berprestasi (N-Ac h) yang sangat populer, khususnya di kalangan enterpreneur . McClelland berhasil merumuskan ciri – ciri ope rasional perilaku individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan individu dengan motivasi berprestasi rendah. Mereka yang memiliki motivasi tinggi memiliki ciri - ciri sebagai berikut: 1) memperlihatkan berba gai tanda aktivitas fisiologis yang tinggi, 2) menunjukkan kewaspadaan yang tinggi, 3) berorientasi pada keberhasilan dan sensitif terhadap tanda -ta nda yang berkaitan denga n peningkatan prestasi kerja, 4) memiliki tanggung jawab secara pribadi atas kinerjanya, 5) menyukai umpan balik berupa penghargaan dan bukan insentif untuk peningkatan kinerjanya, 6) inovatif mencari hal-hal yang baru dan efisien untuk peningkatan kinerjanya. Dala m penelitian ini motiva si belajar siswa difokuskan pada motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi diartikan sebagai dorongan untuk menge rjakan suatu tugas dengan sebaik-baiknya be rdasarkan standar keunggulan. Motif berprestasi 10 bukan sekada r dorongan untuk berbuat, tetapi juga mengac u pada suatu ukuran keberhasilan berdasarkan pe nilaia n terhada p tugas-tugas yang dikerjakan se seorang. Motivasi berprestasi merupakan dorongan memperoleh suatu hasil dengan sebaik- baiknya agar terc apai perasaan kesempurnaan pribadi. Denga n demikian, perilaku di sini berkaitan dengan harapan ( expectation ). Harapan seseorang terbentuk melalui belajar da n selalu mengandung standar keunggulan. Standar tersebut mungkin berasal dari tuntutan orang lain atau lingkungan tempat seseorang dibesarkan. Oleh karena itu, standar keunggulan me rupakan kerangka acuan bagi individu yang bersangkutan pada saat ia belaja r, menjalankan tugas, memecahkan masala h maupun mempelajari sesuatu. Ada pun ciri-c iri motivasi berprestasi ada empat, yaitu:1) berorie ntasi pada keberhasilan, 2) bertanggung ja wab, 3) inovatif, da n 4) mengantisipadi ke gagalan. 4. Kerangka Pikir Kinerja guru dalam kelas merupakan faktor yang dominan dalam menentukan motiva si belajar siswa serta kualitas pembelajara n. Artinya kalau guru yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran mempunyai kinerja yang bagus, akan mampu meningkatkan kualitas pembe lajaran, begitu juga sebaliknya . Hal ini dapat dipaha mi karena guru yang mempunyai kinerja bagus dalam kelas a kan mampu menjelaskan pelajaran dengan baik, mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa dengan baik, mampu menggunakan media pembelajaran dengan baik, ma mpu membimbing dan mengarahka n siswa dalam pembelajaran sehingga siswa akan me miliki semangat dan motiva si dalam be lajar, senang de ngan kegiatan pembelajaran yang diikuti, dan merasa mudah memahami materi yang disajikan oleh guru. 5. Hipotesis Pe nelitian Berdasa rkan deskripsi te ori dan kera ngka pikir di atas dapat dirumuskan hipote sis penelitian, ya itu bahwa kine rja guru dalam ke las mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi belajar siswa. Metode Penelitian Dilihat dari segi pendekatan yang digunakan maka penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, sedangkan sesuai dengan permasalahan yang diangka t dan tujuan penelitian ini, maka penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat ” Ex-post facto” . 11 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Muhammadiyah Purworejo. Penga mbilan sampel menggunakan cluster random sampling . Dari sejumlah kelas ya ng ada kemudian diundi untuk menentukan kelas sampel. Berdasarkan hasil undian diperole h hasil kelas 8 sebagai kelas sampel, yang terdiri dari kelas A, B dan, kelas C. Adapun dari ketiga kela s tersebut diperoleh 130 siswa sebagai sampel penelitia n. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket. Angket digunakan untuk mengungkap data tentang kinerja guru dan motivasi belajar siswa. Angket yang digunakan adala h model a ngket tertutup, artinya responden tinggal memilih alternatif ya ng telah disediakan. Responden pengumpulan data adalah siswa, baik untuk kinerja guru maupun motivasi belajar siswa. Penggunaan siswa sebagai responden untuk pengumpulan data kinerja guru dida sarkan pada asumsi bahwa proses pembelajaran dianggap sebagai sebagai sebuah produk jasa pendidikan yang harus berorientasi pada kepuasan konsumen ( customer satisfaction ). Konsumen dalam ja sa pendidikan salah satunya a dalah siswa. Siswa dianggap se bagai pihak yang paling banyak mengetahui tentang kinerja guru dalam kelas. Validitas instrumen dalam penelitian ini digunaka n validitas konstruk ( construct validity ) atau ada juga yang menyebut dengan istilah logical validity . Pengujia n validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor dengan cara menghitung koefisien korelasi (r) antara skor butir de ngan skor total. Kriteria ya ng dijadikan dasar untuk melihat va lid tidaknya sebuah butir instrumen ada lah dengan melihat besarnya nilai ”r” antara skor butir dengan skor total dengan ketentuan, apabila nilai ”r” >0,3 berarti nomor butir
te rsebut dinyatakan valid (Fernandes, 1984:28). Be rdasarkan ha sil analisis menunjukkan
bahwa dari 47 butir instrumen 3 butir dinyatakan tidak valid.
Uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan de ngan pengujian
internal
consistency
dengan teknik
Alpha Cronbach.
Pengujian dilakukan dengan melihat nilai
koefisien
Alpha Cronbac h,
sekurang-kurangnya 0,7 (Kaplan, 1982: 106). Berdasarkan
hasil analisis menunjukkan instrumen dinyatakan valid ka rena memiliki Koefisien
Alpha
le bih besar dari 0,7. Instrumen kinerja guru memiliki Koefisien
Alpha
= 0,9299,
instrument motivasi belajar siswa memiliki Koefisien
Alpha
= 0,8965.
Teknik a nalisis data yang digunakan meliputi analisis deskriptif dan analisis
inferensial. Analisis infere nsial menggunakan korelasi parsial dan regresi ganda. Semua
proses analisis menggunakan bantuan program
SPSS for Windows
.
12

Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kinerja guru da lam kegia tan pembelajarn di kelas dapat dibedakan menjadi lima
aspek, yaitu: penguasaan materi pembelajaran, pemahaman terhadap siswa, penguasaan
pengelolaan pembelajaran, penguasaan strategi pe mbelajaran, dan penguasaa n penilaian
hasil belaja r siswa .
Berdasa rkan ha sil a nalisis deskriptif, secara umum dapat diketahui bahwa kinerja
guru IPS SMP Muhammadiya h Purworejo pada umumnya dalam kategori baik (61,5%).
Sedangkan motivasi belajar IPS siswa SMP Muhammadiyah Purworejo pada umumnya
dalam kategori tinggi (48,5 %). Berdasarkan tabulasi silang (
crosstabs
) menunjukkan
bahwa siswa yang mempunyai motivasi belajar ya ng sangat tinggi pada umumnya
berasal dari kelas yang gurunya mempunyai kinerja sangat ba ik (8,7%) dibandingkan
dengan kelas yang gurunya mempunyai kinerja yang cukup (3,7%). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa kinerja guru mempunyai pe ngaruh yang positif terhadap motivasi
belajar siswa.
Berdasa rkan hasil analisis regresi ganda ditemukan koefisien determinan (R
) =
2
0,353 yang berarti sekitar 35,3% perubahan-perubahan pada variabel motivasi belajar
siswa dapat dije laskan oleh kinerja guru. Hasil uji F diperoleh F
= 13,508
hitung
(sig=0,000<0,05). Karena signifikansi lebih kecil 0,05, berarti pengaruh tersebut bersifat sangat signifikan. Dengan ka ta lain variabel kinerja guru memberikan sumbangan positif yang sangat berarti terhadap motivasi belajar siswa SMP Muhammadiyah Purworejo. Semakin ba ik tingka t kinerja guru, khsusunya kinerja dalam kelas akan diikuti naiknya motivasi belajar siswa. Berdasa rkan perhitungan tersebut di a tas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru dalam kelas berpengaruh secara signifikan terha dap motivasi belajar siswa SMP Muhammadiyah Kabupaten Purworejo. Besarnya sumbangan variabel kinerja guru te rhada p motivasi belajar siswa adalah sebesar 33,3%. Dengan demikian hipotesis penelitian ya ng menyatakan bahwa: ”Kinerja guru dalam kelas mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi belajar siswa” dapat diterima. Berdasa rkan pada besarnya nilai koefisie n beta (B) dalam persamaan regresi dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh dari masing-masing aspek kinerja guru te rhada p motivasi bela jar siswa sec ara berurutan adalah: penguasaan materi pembelajaran (0,758), kemampuan mengelola pembelajaran (0,683), pengua saan strate gi pembelajaran 13 (0,424), pema haman terhadap karakteristik siswa (0,271), da n penguasaan penilaia n hasil belajar siswa (0,216). Hasil terse but menunjukkan bahwa dengan penguasaan guru te rhada p materi pembelaja ran da n beragam strategi pembelajan yang sesuai dengan karakte ristik materi pembelaja ran se rta karakteristik siswa akan mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Guru yang menguasai materi pembelajaran dengan baik pada umumnya akan diikuti dengan kemampuan untuk menguasai beragam stra tegi pembelajara n yang lebih menarik sehingga mampu menumbuhkan motiva si belaja r siswa. Kesimpulan dan Saran Berdasarka n hasil analisis da ta dan pembahasan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai be rikut : 1. Kinerja guru mempunyai sumbangan yang berarti terhadap motivasi belajar siswa. Hal ini dapa t dibuktikan dari : a. Kecenderungan kinerja guru dan motivasi belajar yang hasilnya menunjukkan bahwa guru ya ng mempunyai kinerja yang sangat tinggi da n tinggi, mempunyai mahasiswa dengan motivasi be lajar sangat tinggi sebe sar 8,7 % dan 7,5 %, dibandingkan dengan guru yang kinerjanya cukup hanya mempunyai 3,7 % mahasiswa dengan motivasi belajar yang sanga t tinggi. b. Hasil analisis regresi linier antara variabel kinerja guru de ngan motivasi belajar siswa (Y) ditemukan koefisien determinan (R ) = 0,353 yang bera rti ba hwa 2 sekita r 35,3% perubahan-perubahan pada variabe l motiva si be lajar siswa dapat dijelaskan oleh kinerja guru dalam kelas yang meliputi aspek penguasaan ma teri pembelajaran IPS (X ), pemahaman terhadap siswa (X ), penguasaan pengelolaan 1 2 pembelajaran (X ), penguasa an strategi pembelajaran (X ), dan penguasaan 3 4 penilaian hasil bela jar siswa (X ). Hasil uji F diperoleh nilai F = 13,508 (sig = 5 0,000 < 0,05). Hasil uji F ini menunjukkan bahwa pengaruh atau sumba ngan kinerja guru terhadap motivasi belajar siswa sangat signifikan (bermakna). 2. Aspek penguasaan materi pembelajaran mempunya i pengaruh terbesar dibandingkan aspek-aspek kinerja guru yang lain. Hal ini da pat dilihat pada besarnya nilai koe fisien beta (B) dalam persamaan regre si ya ng menunjukka n bahwa besarnya pengaruh dari masing-masing aspek kinerja guru terhadap motivasi belajar siswa secara be rurutan adalah: penguasaan materi pembelajaran (0,758), kemampuan 14 mengelola pembelajaran (0,683), penguasaan strate gi pembelajaran (0,424), pemahaman terhadap karakteristik siswa (0,271), dan penguasaan penilaian hasil belajar siswa (0,216). Berdasa rkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran-saran seba gai berikut : 1. Karena penguasaan ma teri pembelajaran mempunyai korelasi yang sanga t signifikan terhadap motivasi belajar siswa, maka pe rlu ditumbuhkembangkan semangat untuk menambah pengetahuannya tentang ke IPS-an, baik melalui peluang studi lanjut maupun perke mbangan IPTEK melalui sumbe r-sumber belajar yang tersedia. 2. Karena kemampuan strategi pembelajaran merupakan aspek terbesar kedua pengaruhnya te rhadap motivasi belajar siswa maka guru sebaiknya perlu menguasai beragam strategi pembelajaran IPS yang sesuai dengan ka rakateristik ma teri pembelajara n IPS serta peserta didik. Daftar Pustaka : Cruickshank, D.R. (1990). Research that informs teachers and teacher educators . Bloomington: Phi Delta Kappa Educational Foundation Dedi Supriadi. (1999). Mengangkat citra dan martabat guru . Yogyakarta: Adicita Karya Nusa Depdikbud. (1991/1992). Hasil rapat kerja nasional depdikbud tahun 1991 . Jakarta Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Pengembangan perangkat penilaian kinerja guru . Ja karta: Ditjen Dikti, Ba gian Proyek P2TK Fernandes, H.J.X.(1984). Testing and measurement . Jakarta: National Education Pla nning, Evaluation and Curricuoum Development Kane, J.S. (1986). Pe rformance distribution assessment. Dalam Berk, R.A. (Eds). Performance assessment (pp. 237-273). Baltimore: The Johns Hopkins University Press Kaplan, R.M, & Saccuzzo, D.P.(1982). Psychologic al testing:Principles, application, and issue s. Monterey : Brooks/Cole Publishing Company Kirkpa trick, D.L. (1998). Evaluating training programs: The four levels (2 ed.). San nd Francisc o: Berrett-Koehler Publisher, Inc. 15 Manullang. (1991). Pengembangan motivasi berpre stasi . Jakarta: Pusat Produktivitas Nasional. Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. McClelland, D.C. (1977). The ac hieving society . New York: Mc Millan Publishing Co. Inc Muhammad Arifin Ahmad. (2004). Kinerja guru pembimbing se kolah menengah umum . Disertasi doktor, tidak diterbitkan. Universitas Negeri Jakarta. Nana Sudjana. (2002). Dasar-dasar proses belajar mengajar . Bandung: Sinar Baru Neni Utami. (2003). Kualitas dan profesionalisme guru . artikel dia mbil pada tangga l 4 Oktober 2007 dari http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/102/15/ 0802/htm Ormrod, J.E. (2003). Educational psychology , developing learners.(4 ed .). Merrill: d Pearson Education, Inc . PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pe ndidikan Singgih Santoso. (2004). SPSS statistik multivariat . Jakarta: PT Elex Media Komputindo Sugiyono. (2004) . Metode penelitian administrasi . Bandung : Alfabeta Suryadi Prawirosentono. (1999). Kebijakan kinerja karyawan, kiat membangun organisasi kompetititif menjelang perdagangan bebas . Yogya karta: BPFE UU Nomor 14 ta hun 2005 tentang Guru dan Dosen Wolfolk A.E. & Nicolic h, Cune L. (1984). Educ ational psychology for teachers. Englewood Cliffs : Prentice Hill Inc.

Posting Komentar untuk "ANALISIS PENGARUH KINERJA GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA"

close